Tampilkan postingan dengan label mkelasx. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mkelasx. Tampilkan semua postingan

Hukum Newton 1



Hukum Newton I menyatakan bahwa: jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam; benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap. Artinya suatu benda akan mempertahankan keadaan gerak atau keadaan diamnya. Seperti ketika kita terdorong ke depan saat mobil yang kita kendarai direm mendadak, karena ketika mobil bergerak kita sebenarnya juga bergerak searah dengan mobil; jadi ketika mobil itu dihentikan; kita seolah terlalu repot untuk ‘menghilangkan kebiasaan’ kita yang bergerak maju tadi.

Hukum Newton I ini menerangkan peristiwa yang disebut pembiasaan. Meski hukum ini dikenal pada tahun 1665 sebenarnya kita juga sudah tahu bahwa peristiwa ini lumrah adanya, Cuma saja beliau lebih dulu merumuskannya. Padahal kita mungkin pernah mendengar hadits Nabi yang memerintahkan kita, sebagai orang tua, untuk menyuruh anaknya sholat ketika berumur 7 tahun, dan memukulnya jika ia berumur 10 tahun tapi tidak mau sholat juga? Disini juga berlaku rumus pembiasaan. Anak-anak itu dibiasakan sholat agar ketika nanti sudah baligh, sholat sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhannya.

Perilaku manusia sebenarnya dilahirkan dari rahim kebiasaan. Jika ia terbiasa bersusah payah, ia tidak akan terkejut ketika menimang kesusahan. Tapi, yang tidak terbiasa dengan kesulitan, dan hanya mengerti hidup yang enak, akan sulit membiasakan diri dengan hal-hal yang sulit. Sejarah banyak menceritakan kebenaran teori itu. Jadi, kebiasaan yang ada dalam kehidupan kita terbentuk dan dibangun dalam waktu yang lama sehingga kita merasa mudah untuk melakukan dan mengulanginya bahkan dalam melakukannya terkadang kita tidak lagi perlu berfikir panjang.

Kebiasaan sebenarnya merupakan perpaduan dari Pengetahuan, keinginan dan keahlian. Pengetahuan yang bersifat teoritis mengenai sesuatu yang ingin dikerjakan; keinginan yang merupakan motivasi atau kecenderungan untuk melakukan sesuatu; dan keahlian berupa kemampuan untuk melakukannya.
Jika ketiga unsur itu bertemu didalam perbuatan, maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kebiasaan. Akan tetapi jika kurang salah satunya, maka perbuatan itu tidak dapat dikategorikan sebagai kebiasaan. Membaca (bisa membaca, mengetahui pentingnya membaca dan ada motivasi atau keinginan untuk membaca); bandingkan bagaimana situasi yang muncul ketika kita ‘terpaksa’ membaca hanya karena besok pagi ulangan harian.

Kebiasaan dapat berupa sesuatu yang diindera, seperti makan makanan tertentu, rajin beruluk salam, menghiasi sms dengan titik-titik, dan seterusnya. Tetapi juga dapat berupa sikap atau perasan: misalnya menghormati orang lain, memberikan senyuman, jujur, tidak bergunjing dll.
Ada banyak kegiatan yang pada mulanya bukan kebiasaan, namun lama kelamaan menjadi kebiasaan, yang dikhawatirkan kebiasaan ini akan menjadi semacam kebenaran karena kita sering membenarkan kebiasaan bukan membiasakan yang benar. Menggosip sebagai contoh, mengapa kita menganggap itu hal yang lumrah dan bisa menjadi begitu ketagihan. Ini karena pembiasaan. Kita kadang terbiasa ‘menghargai’ orang yang tahu banyak tentang kekurangan orang lain, dan mendengarkannya dengan penuh kenikmatan. Kita terbiasa segan untuk menghentikan rentetan cerita peristiwa tentang si A, si B dan seterusnya. Kita terkadang mencibir ketika sesosok teman berlalu ketika kita mula bergosip. Kita sudah kecanduan.

Lantas apa bahayanya?

Ustadz Abdul Hamid Al Bilali, pernah menuturkan; akibat kesalahan yang dilakukan terus menerus adalah sikap tidak merasa berdosa dan tidak merasa bersalah. Perasaan tidak bersalah dan tidak berdosa itu sendiri, bisa disebabkan kondisi akrab dengan dosa tertentu yang terlalu sering dikerjakan.Situasi seperti inilah yang paling ditakutkan Al Hasan Az Zayyat rahimahullah. Ia mengatakan, “Demi Allah, aku tidak peduli dengan banyaknya kemungkaran dan dosa. Yang paling aku takutkan ialah keakraban hati dengan kemungkaran dan dosa. Sebab jika sesuatu dikerjakan dengan rutin, maka jiwa menjadi akrab dengannya dan jika demikian, jiwa menjadi tidak memiliki kepekaan lagi.”
Bagi Al Hasan, kesalahan dan dosa itu masih bisa dianggap kewajaran lantaran manusia memang pasti melakukan salah dan dosa. Yang ia khawatirkan justru ketika kesalahan dan dosa itu tidak dapat dihentikan, dilakukan terus menerus, menjadi pembiasaan, lalu jiwa menjadi tidak sensitif terhadap kesalahan dan dosa itu.

Akibat dosa yang lebih berbahaya dari kondisi ini yakni perasaan aman dan tidak mendapatkan hukuman dari berbagai dosa yang dilakukan. Artinya, seseorang bukan saja tidak menyadari dosa yang dilakukan, tapi lebih dari itu, merasa tenteram dan aman dari hukuman yang Allah Subahana Wa Ta’ala berikan.

Camkanlah nasihat yang dituturkan Imam Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khatir, “Ketahuilah, ujian paling besar bagi seseorang adalah merasa aman dan tidak mendapatkan siksa setelah mengerjakan dosa. Bisa jadi hukuman datang belakangan. Dan hukuman paling berat adalah jika seseorang tidak merasakan hukuman itu. Sampai hukuman itu menghilangkan agama, mencampakkan hati hingga tak bisa menentukan pilihan yang baik. Dan, di antara efek hukuman ini adalah seseorang tetap melakukan dosa justru disaat tubuhnya segar-bugar dan seluruh keinginannya tercapai.”

Kita sebenarnya sudah banyak tahu hal ini, tapi kita memang susah untuk mengerti. Susah membiasakan berbuat baik dan susah membiasakan untuk meninggalkan perbuatan yang tidak baik. Sebenarnya kita dapat membentuk kebiasaan baru yang bermanfaat dengan cara, berusaha mencari pengetahuan tentang sesuatu yang akan kita lakukan, melatih diri sehingga kita mampu melakukannya dan diteruskan dengan upaya membangkitkan motivasi atau keinginan melakukannya.

Alat Optik - MATA

 
 
Alat optika merupakan alat penglihatan manusia, Secara umum, alat-alat optika terdiri dari dua bagian, yaitu alat optika alamiah dan alat optika buatan. Alat optika alamiah adalah mata, sedangkan alat optika buatan biasanya digunakan untuk lebih mengoptimalkan penggunaan mata, misalnya lup, kaca mata, mikroskop, teropong, teleskop dan lain-lain.
1. Mata
Bagian-bagian Mata dan fungsinya secara optika:
Gambar 1. Bagian-bagian mata
  1. Aqueous humor : berupa cairan (indeks bias, n = 1,33) yang berfungsi membiaskan cahaya yang menuju mata.
  2. Lensa Kristalin : disebut juga lensa mata (n = 1,40), untuk mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan didepan lensa dan mengatur pemfokusan cahaya, dalam hal ini diatur oleh otot siliar; misalnya ketika melihat benda-benda yang jauh, maka otot siliar mengendor (relaks) sehingga lensa mata paling pipih, yang berarti jarak fokus paling panjang. Peristiwa ini disebut dengan akomodasi mata, yaitu peristiwa dimana lensa mengubah jarak fokusnya guna memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak.
  3. Iris : berupa selaput yang membentuk celah lingkaran (pupil) dan memberi warna kepada mata
  4. Pupil : celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dan besarnya diatur sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk; jika berada ditempat yang terang, supaya mata tidak silau maka pupil mengecil supaya intensitas cahaya yang masuk tidak begitu banyak.
  5. Retina (selaput jala) : tempat jatuhnya bayangan yang dibiaskan oleh lensa kristalin, untuk menangkap bayangan nyata, terbalik dan diperkecil.
  6. Bintik Kuning : bagian pada retina yang sangat peka terhadap cahaya. Agar bayangan terliihat jelas, bayangan harus terbentuk di retina tepat di bintik kuning.
    Gambar 2. Bayangan yang dibentuk pada retina mata
  7. Saraf optik : terdiri dari sel-sel syaraf yang sensitif yang dapat mengirim sinyal-sinyal melalui saraf optik dari bintik kuning ke otak dan otaklah yang menerjemahkan sehingga bayangan benda menjadi tegak, tidak terbalik seperti yang ditangkap oleh retina mata.
1.1. Titik Dekat dan Titik Jauh Mata
  • Untuk melihat dengan jelas, benda harus terletak pada jangkauan penglihatan mata, yaitu antara Punctum Remotum dan Punctum Proximum.
  • Titik Dekat Mata (Punctum Proximum = PP) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang berakomodasi maksimum. Untuk orang normal sejauh 25 cm.
    Gambar 3. Pembentukan bayangan pada mata normal
  • Titik Jauh Mata (Punctum Remotum = PR) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat benda dengan jelas oleh mata yang tidak berakomodasi yaitu sejauh tak terhingga.
  • Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak berhingga artinya dapat melihat benda dengan jelas pada paling dekat 25 cm dan paling jauh tak berhingga tanpa bantuan.
Orang yang mengalami gangguan penglihatan sering disebut menderita gangguan refraksi. Artinya, gangguan penglihatan terjadi akibat tidak sempurnanya bayangan benda yang diterima oleh saraf saraf penglihatan untuk disampaikan ke otak.
1.2. Rabun Dekat (Hypermetropi).
  • Gambar 4. Pembentukan bayangan pada mata hipermetropi
    Mata tidak dapat melihat benda-benda dekat.
  • Titik dekatnya lebih jauh dari 25 cm dan titik jauhnya dianggap tak berhingga sehingga dapat melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tapi untuk benda-benda yang dekat biasanya tidak kelihatan dengan jelas.
  • Bayangan jatuh di titik jauh mata (S’ = PP) dan biasanya S’ = – Sn)
    Gambar 5. Pembentukan Bayangan pada mata hipermetropi (a) sebelum menggunakan kacamata dan (b) sesudah menggunakan kacamata
  • Untuk membantu penglihatan digunakan Lenca Cembung (+), dimana untuk dapat melihat pada jarak baca normal (S = Sn = + 25 cm), maka bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung tersebut harus jatuh tepat dititik dekat mata (PP), didepan lensa dan semu, S’ = – titik dekat mata penderita rabun dekat.
Contoh soal 1:
Seorang penderita rabun dekat dengan titik dekat 150 cm ingin membaca pada jarak baca normal (25 cm); berapa jarak fokus dan kekuatan lensa yang harus digunakannya?

Petunjuk:
Dari soal tersebut didapatkan bahwa :

S’ = – titik dekatnya = – 150 cm
S = 25 cm,
Masukkan nilai-nilai tersebut ke persamaan lensa:


sehingga akan didapat nilai f = 30 cm (jawaban)

Sedangkan kekuatan lensanya dapat dihitung dengan

sehingga didapat P = +3,33 dioptri (jawaban)

1.3. Rabun Jauh (Myopi) = Terang Dekat
Gmbar 6: Pembentukan Bayangan Pada mata myopia
Pada orang myopia, bentuk bola mata terlalu lonjong atau kornea terlalu melengkung sehingga bayangan benda yang masuk ke mata menjadi tidak fokus. Bayangan benda jatuh di depan retina, daerah sensitif pada mata sehingga menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
  • Mata tidak dapat melihat benda-benda jauh
  • Titik dekat mata (PP) lebih dekat tak hingga, dan bayangan jatuh di depan retina
    Gambar 7: Pembentukan bayangan pada mata myopia (a) sebelum menggunakan lensa cekung dan (b) setelah menggunakan
  • Untuk membantu penglihatan digunakan kacamata negatif ( – ), dimana agar mata dapat melihat dengan normal benda yang jauh (S = ~), maka bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung tersebut harus jatuh dititik jauh mata (S’ = – PR) , didepan lensa dan maya.
  • Untuk menghitung Kekuatan kacamata yang digunakn dapat menggunakan persamaan lensa.
Contoh Soal 2:
Seseorang dapat melihat benda dengan jelas paling jauh pada jarak 4 m, berapa ukuran kacamata yang harus dipakai agar dapat melihat seperti mata normal?
Petunjuk:
S = ~
S’ = – 4 m (titik jauh mata)
Masukkan nilai-nilai diatas pada persamaan lensa;


sehingga didapat besarny fokus adalah  f = – 4 m (jawaban)
Dan kekuatan lensanya


sehingga didapat kekuatan lensa kacamata yang digunakan adalah P = – 1/4 dioptri (jawaban)

1.4. Mata Tua (Presbiopi)
Gambar 7: Presbioopi
Presbyopia berasal dari bahasa Yunani “Presbys” yang berarti orang tua dan “Opia” artinya mata. Ini berkaitan dengan bekurangnya kemampuan mata untuk fokus pada jarak dekat seperti membaca karena usia yang mulai menua.
Jadi cacat mata ini karena berkurang daya akomodasi karena lanjut usia. Titik dekat lebih besar dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu. Sehingga penderita presbiopi tidak dapat melihat benda dengan jelas dan juga tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Dapat ditolong dengan kaca mata bifokal (lensa rangkap). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda dekat/membaca
Contoh Soal 3:
Seseorang yang sudah tua titik dekatnya 50 cm dan titik terjauhnya 5 m. Kacamata yang bagaimana yang digunakan beliau agar matanya dapat melihat secara normal?
Petunjuk penyelesaian:
Yang dimaksud normal adalah dapat melihat jauh tak terhingga dan dapat membaca pada jarak 25 cm.
Untuk lensa atas.
jarak benda s = 25 cm = 0,25 m; bayangan jatuh pada s’ = – 50 cm = 0,5 m :
Gunakan persamaan lensa:


sehingga didapat fokus lensa atas adalah  = 2 m ; Dengan fokus sebesar ini kekuatan lensanya adalah  = 0,5 Dioptri
Untuk lensa atas; s = ~ dan s’ = – 5 m;
dengan persaamaan yang sama, didapatkan f = – 0,2 m; yang berkekuatan lensa atas = – 5 D

1.5. Mata Astigmatisma
Cacat mata yang tidak dapat melihat garis vertikal dan horizontal bersama-sama, ditolong dengan kaca mata silindris. Penyebabnya adalah karena kornea mata yang tidak berbentuk sferik, artinya salah satu bidang lebih melengkung dibanding bidang lain, sehingga biasanya sinar-sinar pada bidang vertikal difokuskan lebih pendek daripada sinar-sinar pada bidang horisontal.
Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.
Bola mata dalam keadaan normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata). Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.
Soal-Soal Latihan
  1. Seorang pelajar memakai kacamata berukuran – ¾ dioptri untuk sebelah kanan dan – ¼ dioptri untuk sebelah kiri. Jika pelajar tersebut tidak menggunakan kacamata, berapa jarak terjauh yang dapat terlihat dengan jelas oleh kedua matanya?
  2. Pada saat membaca, jarak terdekat yang dapat dilihat seorang kakek rabun dekat adalah 40 cm. Hitunglah kekuatan lensa kacamat yang diperlukan!
  3. Seseorang yang berpenglihatan jauh dapat membaca dengan jelas tanpa kacamata pada jarak tidak kurang dari 75 cm. Ia menggunakan kacamata yang memiliki kuat lensa 2,5 dioptri. Berapa titik dekat setelah ia memakai kacamata?
  4. Seseorang memakai kacamata – ½ dioptri agar ia dapat melihat benda yang sangat jauh dengan jelas. Jika ia melepas kacamatanya, berapakah jarak paling jauh yang masih dapat dilihatnya dengan jelas?
  5. Seorang bermata miopi titik jauhnya 4 m, melihat bintang tak berakomodasi. Hitung berapa kekuatan kacamata yang diperlukan
  6. Seseorang yang berpenglihatan dekat tidak dapat melihat dengan jelas benda yang berjarak lebih dari 60 cm diukur dari mata. Berapa kuat lensa kacamata yang memungkinkan ia dapat melihat dengan jelas
  7. Seseorang yang berpenglihatan jauh tidak dapat melihat dengan jelas benda yang berjarak lebih dekat dari 75 cm diukur dari mata. Berapa kuat lensa kacamata yang diperlukan agar ia dapat membaca dengan jelas pada jarak 25 cm
  8. Seorang tua bermata presbiopi yang memiliki titik dekat 40 cm dan membaca buku dengan memakai kacamata dengan jarak baca 25 cm, ternyata orang itu berakomodasi maksimum. Hitung kekuatan kacamata yang diperlukan
  9. Berdasarkan pemeriksaan, seseorang dianjurkan menukar lensa kacamatanya dari 0,80 dioptri menjadi 1,25 dioptri. Berapa jauhkah pergeseran titik dekat mata orang tersebut?
  10. Seseorang yang menggunakan kacamata 3 dioptri dapat melihat dengan jelas pada jarak 25 cm didepan matanya. Jika ia ingin melihat benda dengan jelas tanpa kacamata, hitunglah jarak paling dekat benda ke matanya!

Pengukuran

Salah satu alat ukur yang digunakan dalam pengukuran panjang adalah mistar geser atau kita lebih mengenalnya dengan istilah jangka sorong (caliper). Jangka sorong terdiri dari dua jenis, yaitu jangka sorong digital dan jangka sorong analog. 
Jangka Sorong Digital
Jangka Sorong Analog






















 
 
 
Jangka sorong analog memiliki ketelitian sampai seperseratus milimeter (0,01 mm).  Bagian - bagian jangka sorong terdiri atas:





1. Rahang dalam
Rahang dalam digunakan untuk mengukur sisi luar dari suatu benda. Terdiri atas rahang tetap dan rahang geser.



2. Rahang luar
Rahang luar digunakan untuk mengukur sisi dalam dari suatu benda. Terdiri atas rahang tetap dan rahang geser.


3. Depth probe
Depth probe digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu benda.

4. Skala Utama (dalam cm)
Pada skala utama, angka 0 - 17 menunjukan skala dalam cm sedangkan garis - garis yang lebih pendeknya dalam mm. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm sehingga dua sekala utama yang berdekatan berukuran 0,1 cm atau sama dengan 1 mm.


5. Skala utama (dalam inchi)
Pada skala utama, angka 0 - 6 menunjukan skala dalam inchi sedangkan garis - garis yang lebih pendeknya dalam fraksi.

6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)
Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala menunjukan 1/10 mm. Tetapi ada juga yang memiliki skala 1/20, dll. Sepuluh skala nonius memiliki panjang 9 mm, sehingga jarak dua skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan demikian, perbedaan satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm - 0,9 mm = 0, 1 mm atau 0,01 cm
Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini, maka ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil jangka sorong tersebut, yaitu: atau 0,005 cm

7. Skala Nonius (untuk inchi)
Menunjukan skala pengukuran fraksi dari inchi

8. Pengunci
Digunakan untuk menahan bagian - bagian yang bergerak ketika pengukuran seperti rahang atau Depth probe



Fungsi dari jangka sorong adalah:


1. Untuk mengukur sisi luar dari suatu benda, misalkan untuk diameter batang besi. 


Cara pengukuran:
  • Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam.
  • Geser rahang kanan.
  • Masukan benda yang akan diukur ke antara kedua rahang bawah jangka sorong.
  • Geser rahang sampai tepat pada tepi benda.
  • Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser.
  • Baca skala utama dan skala noniusnya.  

2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda 
Cara pengukuran:
  • Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam.
  • Masukkan rahang bagian atas ke dalam benda yang akan diukur. 
  • Geser rahang tepat pada benda dan putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser.
  • Bacalah skala utama dan skala noniusnya. 

3. Untuk mengkuru kedalaman suatu benda.
Cara pengukuran:
  • Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam.
  • Buka rahang jangka sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar benda.
  • Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser.
  • Bacalah skala utama dan skala noniusnya.

Gerak Jatuh Bebas

Free Fall dalam bahasa kita kenal adalah gerak jatuh bebas. Gerak jatuh bebas??? apakah itu? hmmmmmmm......... kita liat dulu deh ilustrasi berikut ini.



 

Nah,, perhatikan gambar di atas!!! Disana ada gambar bola kecil dan gajah jatuh dari suatu tempat yang memiliki ketinggian h... Whuuaaahhh..... ga kebayang pas jatohnya gajah,, ckckckck... pasti bikin bumi bergetarrrrasanya.... hehehe..... Eits tapi perhatikan,, pada gambar keduanya tidak ada hal apapun yang mendorong atopun sesuatu yang bikin dia jatoh... Lalu?

Yupz,, kedua benda itu menunjukkan klo dia bergerak dengan jatuh bebas... Why?? Because... kedua benda itu jatuh bebas alias tidak ada suatu benda atau apapun yang memaksa dia jatuh ke bawah selain gaya gravitasi bumi.. Hmmm....... dengan kata lain juga,, benda yang jatuh tanpa diberi kecepatan awal padanya dari suatu ketinggian tertentu dinamakan jatuh bebas alias bebas dari tangan2 yang jahil yang mau isengin jorokin dia dari gedung paling tinggi... hihihihi...........  Dia jatuh karena bumi ini memiliki gaya gravitasi yang mampu mengikat atau menarik benda-benda yang ada di seluruh bumi agar tetap berada di permukaan bumi. Makanya kita semua bisa jatoh (selama masih berada pada medan gravitasi bumi).


OKEY... secara ilmiahnya akan dibahas nih,, oleh profesor Mbot berikut ini!!!
Prof.Mbot... Baiklah adik-adik semuanya,, kita pertama akan membahas dulu dari penyebab benda tersebut bergerak.Satu hal yang harus kita perhatikan ketika dalam pembahasan kita adalah kita akan mengabaikan gaya gesek udara. Ya.. tiada tujuan lain..selain biar gampang men... Untuk  gaya gesek udara yang tidak diabaikan kita akan pelajari nanti.
Kawan - kawan masih inget ngga dengan gerak lurus berubah beraturan... Sebenarnya gerak jatuh bebas ini sama saja dengan prinsip gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Hanya saja pada gerak jatuh bebas arah geraknya vertikal (dari atas ke bawah). Karena benda dibiarkan jatuh begitu saja, maka tidak ada kecepatan awal yang bekerja pada benda. Maka, yang mempengaruhi benda bergerak ke bawah adalah karena percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s^2). Artinya, dalam satu sekon benda mengalami perubahan kecepatan sebesar 9,8 m/s.  
Free fall describes any motion of a body where gravity is the only or dominant force acting upon it, at least initially. Since this definition does not specify velocity, it also applies to objects initially moving upward. Although strictly the definition excludes motion of an object subjected to other forces such as aerodynamic drag, in nontechnical usage falling through an atmosphere without a deployed parachute or lifting device is also referred to as free fall.
Nah karena kecepatan awalnya sama dengan nol,, jadi benda itu termasuk gerak jatuh bebas. Sehingga persamaanya adalah:






apabila kita ingin mengetahui selang waktu benda sampai ke lantai:




Kecepatan benda sesaat sebelum menyentuh lantai:







Kalau masih penasaran coba saja lakukan percobaan sederhana berikut:
Alat yang diperluka:
1. Sebuah buku, penghapus, bola, atau apa saja yang bisa dijatuhkan.. asal jangan piring, gelas, laptop, dsb yang membahayakan.. he he
2. Penggaris (alat ukur panjang)
3. Stopwatch
Langkah Percobaan
1. Ambilah benda yang akan kita jatuhkan (kita ambil contoh penghapus).
2. Tentukan ketinggian dari lantai dimana penghapus itu akan kita jatuhkan.
3. Setelah ketinggiannya ditentukan, jatuhkan penghapus itu dari tempat yang telah ditentukan tadi. Ingat bahwa benda harus jatuh bebas jadi tidak boleh ada dorongan dari tangan kita, biarkan benda itu jatuh dengan bebas)
4. Bersamaan dengan kita menjatuhkan penghapus, nyalakan stopwatch sebagai dimulainya penghitungan waktu.
5. Matikan stopwatch saat penghapus tepat menyentuh lantai. Bacalah hasil pengukuran pada stopwatch tersebut.
6. Bandingkan hasil experiment kita tadi dengan hasil perhitungan dengan rumus. Berikan kesimpulan anda.
7. Supaya lebih yakin lakukanlah percobaan tersebut beberapa kali.

Walaupun percobaan kita sangat sederhana tapi mudah-mudahan menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di negera kita. Mulailah dari hal yang kecil. Seorang ilmuwan terkemuka Sir Isaac Newton menemukan Hukum Gravitasi universal terinspirasi dari aple yang jatuh bebas dari pohonya.
Newton himself often told the story that he was inspired to formulate his theory of gravitation by watching the fall of an apple from a tree.

Jarak dan Perpindahan

Jarak dan perpindahan merupakan dua kuantitas yang terlihat sama sebelum kita mengenal definisi atau arti yang jelas. Oleh karena itu, kita mulai pembahasan mengenai jarak dan perpindahan ini dari definisi kedua besaran tersebut.
  
Jarak (distance) didefinisikan sebagai panjang lintasan yang ditempuh partikel selama melakukan geraknya. Jarak merupakan besaran skalar. Biasanya diberi simbol dengan hurup d atau s

Perpindahan didefinisikan sebagai sejauh mana perubahan posisi partikel dari suatu titik ke titik lain yang akan ditinjau. Perpindahan merupakan besaran vektor. Biasanya diberi simbol atau .

Dari definisi tersebut maka kita akan melihat perbedaan yang jelas dari jarak dan perpindahan ini. Perhatikan ilustrasi berikut!

Misalkan anda melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil dari gerbang Bandara Husein Sastranegara (Jl. Pajajaran) ke gerbang tol Pasteur. Karena tidak mendapatkan ijin untuk melalui jalan Kapten Tata Natanegara, maka anda harus melalui Jl. Pajajaran, Jl. HOS. Cokroaminoto, kemudian melalui Jl. Dr. Djunjunan seperti pada gambar diatas (jalan yang berwarna ungu).  

Dari perjalanan tersebut, maka yang dimaksud jarak perjalanan  panjang lintasan yang ditempuh mobil ketika melalui Jl. Pajajaran (sejauh 1 km), Jl. HOS. Cokroaminoto (sejauh 650 m), dan Jl. Dr. Djunjunan (sejauh 2,1 km).  Jadi jarak yang ditempuh mobil adalah 1 km + 0,65 km + 2,1 km = 3,75 km. 

Sedangkan perpindahannya adalah seperti panjang garis yang ditarik dari posisi awal (titik A) ke posisi akhir (titik B) yaitu sekitar 2,7 km. 

Untuk lebih jelasnya lagi, perhatikan ilustrasu gerak partikel pada garis bilangan berikut:

Sebuah partikel bergerak dari titik O ke titik B kemudian berbalik arah ke titik D.

Jarak tempuh partikel = panjang AB + panjang BD = 6 + 10 = 16 satuan

Perpindahan partikel = posisi akhir - posisi awal = -4 - 0 = - 4 satuan (ingat bahwa perpindahan merupakan besaran vektor sehingga memiliki dua komponen yaitu besar dan arah . tanda negarif (-) menunjukan arah gerak).

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa perpindahan hanya melihat posisi awal dan posisi akhir dari suatu benda. Secara matematis perpindahan suatu partikel dari titik A ke titik B untuk gerak satu dimensi dituliskan dalam bentuk persamaan berikut ini:



Pembentukan bayangan pada cermin cekung

Dalam menghitung jarak dan tinggi bayangan benda oleh cermin cekung dapat digunakan dua cara, yaitu cara geometri dan juga menggunakan persamaan matematika.
Karena kita sedang membahas optik geometri, maka kita bahas cara geometri terlebih dahulu. Jika kita sudah banyak latihan cara ini akan lebih cepat menyelesaikan soal yang berhubungan dengan optik geometri. Cara ini menggunakan prinsip kesebangunan segitiga yang dibentuk oleh benda atau bayangan dengan sinar istimewa. Ini dipopulerkan oleh Prof. Yohanes Surya dengan fisika gasingnya. Contohnya seperti ini:
Carilah tinggi dan jarak bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung berikut ini:
 Untuk mencari tinggi bayangan (x) kita cari segitiga yang sebangun dan sesuai dengan tinggi bayangan yang akan kita cari.
 dari gambar tersebut kedua segitiga yang diberi warna abu - abu adalah sebangun sehingga dapat dinyatakan bahwa 2 : x = 5 : 10 atau sehingga diperoleh x = 4 cm
untuk mencari jarak bayangan (y):

Segitiga ABC dengan panjang BC = BD + DC = 6 cm. Segitiga ABC sebangun dengan segitiga FDC sehingga dapat dinyatakan bahwa AB : FD = BC : DC atau y : 10 = 6 : 2 atau sehingga diperoleh nilai y = 30 cm.
Mungkin jika dilihat sekilas cara ini rumit tapi saya yakin dengan banyak latihan cara ini lebih sederhana dibandingkan dengan cara persamaan matematika berikut:
Persamaan matematikanya sebagai berikut:

f= jarak titik fokus dari pusat lensa (, R = jari - jari kelengkungan)
s = jarak benda dari pusat lensa
s' = jarak bayangan dari pusat lensa
untuk mencari jarak bayangan (y), kita tentukan dulu titik fokus (f) dan jarak benda (s).
Dari gambar terlihat bahwa nilai f = 10 cm dan s = 10 + 5 = 15 cm.



Pembesaran Bayangan
Untuk mencari nilai pembesaran bayangan dapat dicari dengan membandingkan jarak bayangan dengan jarak benda atau tinggi bayangan dengan tinggi benda.


Contoh dari soal yang kita bahas di atas diperoleh s = 15 cm dan s' = 30 cm serta h = 2 cm  dan h' = 4 cm

Pembesaran bayangan adalah 2 kali

Materi Cermin

Cermin cekung memiliki ciri khusus yaitu jika dikenakan berkas sinar sejajar sumbu utama akan dipantulkan menuju pada suatu titik yang dinamakan titik fokus. Oleh karena itu cermin cekung memiliki sifat konvergen (mengumpulkan berkas cahaya). Seperti pada gambar berikut:
Sebelum lebih jauh membahas pembentukan bayangan oleh cermin cekung, kita harus mengenal dulu bagian - bagian dari cermin cekung tersebut:

 
  • Sumbu Utama (Pricipal axis) adalah garis yang melalui titik tengah dari cermin cekung tersebut. Garis ini melewati titik fokus, pusat kelengkungan, dan titik tengah cermin cekung.
  • Pusat kelengkungan cermin cekung. Pada gambar di atas dilambangkan dengan huruf C. Atau biasanya diberi tanda P.
  • Titik F merupakan titik fokus cermin, yaitu tempat berkumpulnya berkas cahaya yang datang ke cermin cekung sejajar sumbu utama.
  •  Titik A merupakan titik tengah dari cermin cekung. Atau bisa juga diberi tanda A.
  • Garis R merupakan panjang jari - jari kelengkungan cermin.
  • Titik f merupakan panjang titik fokus diukur dari titik tengah cermin (A)
  • Dan tanda O kita akan gunakan sebagai object (benda)
Untuk melukiskan sinar yang berasal dari sebuah benda menuju cermin dapat menggunakan 3 sinar istimewa, yaitu:
1. Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan menuju titik fokus,

2. Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama,

3. Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik itu juga.

Untuk melukis bayangan dari sebuah benda, biasanya kita cukup menggunakan dua sinar istimewa saja. Contoh:
Tetepi apabila ingin lebih sempurna, silahkan saja menggunakan tiga sinar istimewa, seperti pada animasi berikut ini:



Sifat Bayangan
1. Sifat bayangan  jika benda di letakan pada jarak yang lebih besar dari C (ruang 3)

Bayangan terletak di ruang 2 dan memiliki sifat: nyata, terbalik, dan diperkecil

2. Sifat bayangan jika benda di letakan pada titik C
 Bayangan terletak pada titik C dan memiliki sifat: nyata, terbalik, dan sama besar
3. Sifat bayangan jika benda di letakan pada jarak antara C dan F (ruang 2)
Bayangan terletak di ruang 3 dan memiliki sifat: nyata, terbalik, dan diperbesar.
4. Sifat bayangan jika benda di letakan pada titik F
Bayangan terletak di tak terhingga
5. Sifat bayangan jika benda di letakan pada jarak antara F dan A (ruang 1)
 Bayangan terletak di ruang 4 dan sifatnya: maya, tegak, dan diperbesar.
Dari bayangan - bayangan benda yang telah tadi kita lukiskan, terlihat bahwa:
1. Jika benda diletakan pada ruang 3, maka bayangan akan terbentuk pada ruang 2
2. Jika benda diletakan pada ruang 2, maka bayangan akan terbentuk pada ruang 3
3. Jika benda diletakan pada ruang 1, maka bayangan akan terbentuk pada ruang 4
Dari data tersebut, nampak bahwa jumlah ruang benda dan ruang bayangan sama dengan 5.
Hal ini sesuai dengan Dalil Esbach:
(1) Jumlah nomor ruang benda dengan nomor ruang bayangan sama dengan 5
(2) Untuk setiap benda nyata dan tegak, maka:
     - semua bayangan yang terletak di depan cermin adalah nyata dan terbalik
     - semua bayangan yang terletak di belakang cermin adalah maya dan tegak
(3)  Bila nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda, maka bayangan diperbesar
      Bila nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda, maka bayangan diperkceil