Solusi Pendidikan Seks Lewat Mata Pelajaran IPA
Pro
kontra pentingnya pendidikan seks di sekolah barangkali bisa diatasi
dengan pendekatan pelajaran sekolah itu sendiri. Sebab interaksi antara
murid dan guru cukup intens dan mata pelajaran seperti IPA Biologi adalah satu-satunya media yang tepat.
Pagi itu giliran saya untuk melakukan tutorial pembelajaran IPA bagi
anak-anak setara SMP di salah satu sekolah non formal. Kebanyakan warga
belajar di sekolah non formal adalah anak-anak putus sekolah. Sehingga
usianya beragam ada yang di atas 17 tahun ada yang masih seusia 15
tahun.
Dalam tutorial itu saya kebagian menjelaskan tentang bab perkembangan biakan makhluk hidup pada manusia.
Dalam buku teks yang saya baca, ternyata perkembangan manusia
dijelaskan secara rinci disertai gambar-gambar bagian dalam alat-alat
reproduksi manusia, dan bagaimana proses terjadi zigot (bahan dasar perkembangan manusia).
Seperti yang pembaca sudah ketahui, bagaimana rahim itu memiliki
anatominya, di mana terjadinya percampuran antara testis dan ovum, lalu
apa yang terjadi setelah sperma laki-laki masuk ke dalam indung telur
wanita. Berapa banyak sperma yang diterima dan selanjutnya kenapa
terjadi kehamilan, dan menstruasi.
Semua saya jelaskan apa adanya sesuai dengan buku ajar yang disediakan.
Kebetulan buku-buku yang saya jadikan rujukan adalah BSE (Buku sekolah
elektronik) yang saya dapatkan dari bse.kemendiknas.go.id.
Karena sifatnya penjelasan gambar, maka dalam setiap mengajar saya
gunakan infokus sehingga perhatian murid betul-betul dari buku yang saya
sorot lewat infokus. Ditambah dengan animasi dan berbagai macam gambar
pendukung.
Pendeknya, semua yang saya lakukan itu menurutku, merupakan pendidikan seks yang bagus lewat mata pelajaran.
Dengan mata pelajaran ini, guru bisa berinteraksi dengan murid,
mempertanyakan dan menjadi peluang untuk menjelaskan bagaimana
seharusnya seorang murid yang kebanyakan sudah memasuki usia akil baligh
itu agar menjaga kesehatan alat-alat reproduksinya.
Melihat paparan yang saya sampaikan itu, para murid merasakan sesuatu
yang baru dan di antara mereka terkesan risih dan canggung dan pada
gilirannya ada murid yang “nyeletuk”
“Pak Jangan bahas ini dong, saya jadi jijik?”
Respon pertama ini cukup menarik, saya berasumsi kalau anak ini belum
pernah mendapatkan penjelasan tentang alat-alat reproduksi. Pada bagian evaluasi, saya bertanya kepada para murid, “Anak-anak jadi di manakah proses pembentukan atau produksi sperma bagi laki-laki?”
Dan jawaban yang mengagetkan terlontar dari satu anak yang usianya sekitar 20 tahun,
“Tempatnya di dengkul pak, sebab kalau kebanyakan keluar sperma, denkulnya bisa keropos!” Jawaban anak ini, sepertinya tidak ada pengaruh dari penjelasan panjang
lebar yang saya paparkan. Ini membuktikan bahwa paham dari luar lebih
mendominasi anak remaja dalam masalah seks. Karenanya, pendekatan
pembelajaran lewat mata pelajaran ini tidak bisa hanya sekilas dan
membutuhkan interksi yang lebih intens lagi.
Begitulah sesi pengajaran biologi yang paling menarik, sekaligus
merupakan ajang yang tepat sebagai wahana pendidikan seks bagi anak
sekolah yang kebanyakan masih terlalu awam dalam menyerap informasi
seputar seks. Sebab tidak sedikit anak remaja tanggung ini mendapatkan
informasi dari teman-temannya yang seusianya.
Pendekatan Agama bagaimana?
Pengalaman saya, saat di pondok ada pelajaran masalah yang berhubungan
dengan ini lewat bab-bab fiqh dasar. Misalnya, menjaga kebersihan,
mengenal jenis-jenis air untuk bersuci, dan seputar menstruasi apa dan
bagaimana yang harus dan tidak boleh dilakukan. Lebih fokus lagi,
bagaimana cara mencuci alat kemaluan bagi laki-laki dan perempuan.
Dari pendekatan fiqh (how to) itulah yang tertulis dalam buku-buku karangan ulama terdahulu.
Adapun pendekatan agama yang lain guna mencegah penyimpangan seksual
tidak terkait dengan masalah fiqh, tetapi lebih kepada keimanan yang
intensif. Inilah yang bisa mencegah terhadap hal-hal yang bisa
mengurangi dampak penyiimpangan seksual di luar koridor.
By Anonim
0 komentar:
Posting Komentar